Sepercik kata, SMADA’11
Entah
garis apa yang membawa saya pagi itu, saya mengantar ibuk saya ke rumah
rekannya, melewati sebuah jalan yang mungkin kalo ada mikroskop waktu terdapat
jejak kehidupan jelas saya selama kurang lebih 3 tahun saya melewati jalanan
itu. Jalanan itu masih sama persis dengan keadaan sekitar 2,5 tahun yang lalu,
masih sejuk, masih dengan pemandangan jelas gunung sumbing, sawah-sawah hijau
terbentang, jalanan aspal yang mulus walau berkelok-kelok, kendaraan yang
berlalu lalang namun tak padat, rumput-rumput ilalang yang mendayu-dayu, dan
beberapa pejalan kaki yang asik sendiri entah sedang memikirkan apa dan pejalan
lain yang bercanda dengan teman jalannya, yahh,, masih sama, semua masih (bisa
dibilang) sama, tak ada perbedaan yang berarti, bedanya sekarang saya naik
motor sama ibuk saya kalo beberapa waktu (lama) yang lalu saya naik angkot atau
jalan kaki sama temen (-temen) saya,
atau terkadang nebeng,, tapi saya nggak pernah sendiri melewatinya.
pintu gerbang smada |
2
tahun terakhir saya mulai menemukan potongan-potongan puzzle kehidupan saya, 1
tahun pertama di awal saya anggap intermeso, seperti pada awal kisah lain, dulu
saya nggak pernah berharap sedikitpun berada di sekolah yang dapet gelar ‘RSBI’
ini, dulu saya lebih tertarik dan begitu ngotot ke sekolah sebelah yang
terkenal ‘gaul’ itu, jelas saja orang tua saya nggak setuju saya masuk ke SMA yang
terkenal sama ‘geng’nya itu, lagi-lagi bapak saya berjuang membujuk saya biar
mau ngedaftar di sekolah ‘RSBI’ itu, saya tetap nggak mau dan bapak saya bilang
saya harus mau, yaudah saya kalah (lagi) beberapa temen SMP saya juga ada yang
sekolah disini, itu juga cuman beberapa, nggak bikin saya jadi antusias, saya
sempat berdoa juga semoga saya nggak diterima biar bisa lari (?) ke SMA ‘gaul’
sebelah, tapi ikhtiar bapak saya lebih keren, bapak saya antusias sekali tiap
hari dateng ke sana buat ngeliat urutan rangking sampe hari terakhir
pendaftaran dan pengumuman (saya ingat hari itu adalah hari Jum’at jam 10 pagi,
tanggal sama bulan.nya lupa tahun 2008), apadaya saya melawan kehendak Tuhan,
sampai pengumuman seleksi masuk ke sekolah ‘RSBI’ itu malah nama saya nangkring
tepat di tengah-tengah urutan rangking dari 252 siswa yang diterima saya berada
di urutan 126, orang tua saya girang bukan kepalang dan saya (?) ???, saya lupa
apa yang saya rasakan waktu itu, emmm entahlah,, (sikap yang benar. Seharusnya saya
bersyukur waktu itu).
Sudah
saya duga sebelumnya, sekolah ini sangat disiplin, jam 7 kurang 5 menit bel
sudah berbunyi, semua siswa harus masuk kelas dan yang beragama islam langsung
tilawah bersama satu kelas sampe jam 07.10 ( agama yang lain keluar kelas dan
beribadah di ruang ibadah masing2 juga), #sekolah negeri yang keren kan?# . jam
07.10 bel kedua bunyi lagi tanda tilawah dan ibadah lain dihentikan dan siswa harus
siap menerima pelajaran pertama, dan yang telat jangan harap bisa masuk kelas
dan ikut pelajaran kalau telat lebih dari 15 menit, gerbang sekolah bakal ditutup
rapat dan sebaiknya anda pulang haha :D ,kalo telat sebelum 15 menit masih
boleh masuk paling juga bakal dihukum bersih-bersih, atau apa gitu. Peraturan lain
(yang saya dulu anggap paling menyebalkan) nya adalah di sekolah ini tidak diperbolehkan
siswa-siswinya memakai sepatu selain berwarna hitam, bahkan ada corak lain
segaris aja bakalan brabe kalo ketahuan, harus “hitam polos” alhasil selama tiga
tahun full saya sekolah pake sepatu pantofel (nulisnya bener kagak ya? :D ) kecuali
kalo pas ada pelajaran olah raga saya pake sepatu kets (tetep warna item),
aturan lain lagi dilarang keras bawa hape model apapun, de el el masih bejibun
lagi peraturannya kalo saya sebutin satu-satu bakal nggak selesai-selesai, selain
itu saya juga banyak yang lupa :D
saya
lama-lama juga terbiasa sama aturan-aturan itu, saya nggak pernah telat masuk
sekolah de el el untuk saya menaati aturan sudah menjadi kebiasaan sejak saya
lahir (mungkin). saya bukan tipe orang yang sukanya keluar pagar pake cara
manjat pagarnya kok #hallah
halaman belakang sekolah |
Bagi
saya waktu 3 tahun itu sangat berarti, walau terasa sebentar, terlalu banyak yang
saya dapatkan daripada yang saya berikan,
Sadar
atau tidak tapi saya harus paham kalau apa yang terjadi pada saya itu merupakan
ketentuan Allah. Allah lebih tau apa yang terbaik untuk saya, saya sudah
berusaha all out di ujian SMP agar bisa masuk ke SMA ‘gaul’ mentereng itu, tapi
Allah memberi saya lebih dengan menakdirkan saya berada tepat di SMADA TMG’11,
sekolah menengah atas yang menjunjung tinggi akhlak, kedisiplinan dan akademik
ini. dengan jutaan hidayah tak terkira yang amat saya syukuri, saya tidak
pernah menyesal pernah menjadi bagian yang utuh dari bangunan indah bernama “SMA
N 2 Temanggung” ini J
tiara, mita,
cindra, akbar, nanda, dwiki, rinto, tiar, nurul, yuni, rara, ambar, yekti,
nika, bunga, rima, ian, chandra, javis, ardi, arya, vira, yohana, linda, eko,
desi, ika, hilma, rizki, rinda, harnung, irman, okta, afif. 34 manusia jenis
langka yang frekuensi tertinggi mengitari saya kurun waktu 2 tahun terakhir
selama saya ditempat itu, dimanapun kalian sekarang, saya kangen kalian :*
Sepercik kata (dalam album kenangan SMADA’11 dengan sedikit perubahan)
Dua tahun sudah kita titi bersama, suka, cita, canda, kecewa, benci, cinta, tangis, tawa, duka, lara, tertawa, takut, gelisah, bahagia, dll semua itu sempat singgah didalam bilik hati kita, dengan disaksikan oleh mereka yang selama ini tetap teguh memegang rahasia kita, siapa lagi kalau bukan gedung SMA kita, SMADA, SMAN 2 Temanggung tercinta.
Ibarat benih yang pernah kita taburkan, kinilah saatnya kita memetik hasil. Ibarat janjiyang pernah kita ikrarkan, kinilah saatnya kita tunaikan. Maka,,,, kinilah saatnya kita berpisah.(bukan, bukan berpisah tapi kita berjalan sesuai arah yang kita tuju, kita berpencar menuju impian kita yang tidaklah sama, toh kita tetap berada di bawah langit yang sama, kita tetap bisa menatap bintang yang sama, alamat kita juga masih sama,bumi.). kita tidaklah perlu menyesal kenapa kita mesti bertemu. kita tidak perlu menangis kenapa kita harus berpisah. Menengadahlah ke langit, lihatlah,, burungpun tidak pernah menyesal mengapa ia tidak bisa berenang. Tengoklah ke bawah, ikanpun tidak pernah besedih mengapa ia tak bisa terbang. kita hanya sekedar menerima hukum keabadian, bahwa disamping perjumpaan pasti ada perpisahan. Bisa jadi, mungkin pertemuan kita ibarat sebuah hutang yang mesti dibayar lunas dengan perpisahan.
jalan masuk menuju koridor sekolah |
Adalah suatu kenyataan, harimau pergi meninggalkan jejaknya, ikan berenang meninggalkan ombak, burung terbang menyuarakan kepakan sayapnya. Maka, kita pergi meninggalkan kenangan. Pintu gerbang sekolah yang megah, koridor sekolah yang teduh, bangku kelas yang penuh coretan, tembok kelas yang kian kusam adalah saksi bisu kebersamaan kita. Sebentar lagi tidak akan terlihat gerbang sekolah yang selalu menyambut kita di pagi hari. Sebentar lagi tak akan terinjak lagi halaman sekolah tempat kita saling kejar-kejaran. Sebentar lagi tak akan terdengar lagi nasehat guru-guru yang mengajar di depan kelas, juga derai adik-adik kelas yang brisik. kita akan segera pergi melangkahkan kaki, meninggalkan mereka semua, menjadikan sebuah rangkaian kenangan abadi dimana kita pernah bercanda bersama, menangis bersama, belajar bersama, jajan bersama, dan bersenandung bersama. Biarlah semua itu menjadi kenangan yang kelak bisa menghibur dan menemani kita di hari-hari sepi nanti.....
SMA-ku, telah ku titipkan sebagian hidupku kepadamu. Kenanganku padamu akan tetap menghiasi lorong-lorong jiwaku. Semuanya akan tetap terasa indah, keindahan yang tak mungkin dapat ditulis dengan goresan sejuta pena, tak kan bisa diraih sejuta tangan, tak tergambarkan oleh sejuta khayalan dan tak dapat diungkapkan dengan sejuta kata. Ibarat sebuah cerita dalam tembang “gita cinta dari SMA” atau “kisah kasih di sekolah”.lebih dari itu.
Sahabatku, selamat berjuang di medan perang yang lain, semoga Tuhan meridhoi persahabatan kita J
SMADA’11
sebuah
lirik lagu nan elok dan menyentuh hasil ciptaan kita yang di aransemen sama cindra :
detik-detik
t'lah berlalu
semua
langkah jadi satu
tiada
lagi perbedaan
semua
indah dalam hati.....
indah
dalam hati...
hiduppun
terus berputar
semua
indah dan terkesan
tiada
duka slalu senang
t'rasa
indah dunia ini.....
indah
dunia ini....
berjuta
nyanyian
telah
ku persembahkan
dalam
cerita kita bersama
kita
selamanya..... :)
dan
beberapa bait puisi yang dibacakan oleh hilma, javis, dan dahrima secara
bergantian pas TMF waktu itu,,,
detik-detik
t'lah berlalu
semua
langkah menjadi satu
beda
yang ada, menyatu dalam asa
kita
t'lah jadi satu dalam sebuah ikatan
persahabatan......
roda
hidup terus berputar, kawan
kadang
kita di atas, terkadang juga di bawah
tapi,
ingatlah teman!!!
kita
akan selalu ada mengisi ruang-ruang kosong kehampaan
jutaan
nyanyian tak mampu menggantikan semua kenangan
kita
tertawa, menangis bersama
dalam
indahnya untaian kata
persahabatan.....
tlah
bermimpi
tlah
memiliki arti
hadir
hangat
senyum
tertoreh
dalam raga
terukir
dalam jiwa
kita
adalah sahabat
dalam
satu cerita,,,, :)
IPA
I SMADA, 19 Nopember 2010
LOGO SMADA |
★☆
Tidak ada komentar:
Posting Komentar