Jumat, 13 Maret 2015

Untuk langit, penjaga rahasia terbaik.




Hening...
romantisme malam yang terpecah karena datangnya hujan,
kau tau Ra, malam ini perasaan itu berkecamuk lagi, bahkan aku sudah lupa bagaimana caranya mengelak. Terhunus, luka, kemudian menyebabkan sakit, lalu sembuh dengan sendirinya dan pada akhirnya semua kembali ke semula. Lelahpun sudah enggan membersamai, maaf dan maklum yang selalu setia mengikuti.

Dua hal terakhir itu membuatku buta Ra, bukan buta yang tak bisa melihat, akupun masih bisa melihat dengan jelas tentang dua sisi, tapi dua itu membuatku buta yang tak bisa membedakan, membedakan bahwa ada harapan fakta yang perlu dipertimbangkan dan ada juga harapan semu yang harus segera ditinggalkan.

Ah, semua tak sesederhana itu, bahkan aku yang harus menebas sendiri batang rasa yang tumbuh karena bukan keinginanku, aku pula yang harus merawat bekas tebasan itu, sampai semua luka kering, kemudian tumbuh lagi, ditebas lagi, luka lagi, dirawat lagi, sembuh dan begitu terus sampai tepat malam ini, kau tak perlu membayangkan bagaimana sakitnya, akupun sampai tak bisa merasakannya.

Ra, coba kau tengadahkan kepalamu, lihatlah. Pepatah yang berbunyi “akan ada pelangi setelah hujan” tidak pernah berlaku pada malam hari. Kau tau kan apa maksudku? Ya, benar sekali, akan selalu ada titik balik, pengecualian dari suatu teori.

Maafkan aku Ra, aku selalu menitipkan asa ini kepada langit, dia diam dan menyaksikan, seksama dan benar-benar diam, ia menjaga Ra, agar rangkaian cerita ini tersusun rapi dan percanya tak pernah tercecer walau hanya satu tanda baca.

Orion