Hening...
romantisme malam yang terpecah karena datangnya hujan,
romantisme malam yang terpecah karena datangnya hujan,
kau tau Ra, malam ini perasaan
itu berkecamuk lagi, bahkan aku sudah lupa bagaimana caranya mengelak. Terhunus,
luka, kemudian menyebabkan sakit, lalu sembuh dengan sendirinya dan pada
akhirnya semua kembali ke semula. Lelahpun sudah enggan membersamai, maaf dan
maklum yang selalu setia mengikuti.
Dua hal terakhir itu membuatku
buta Ra, bukan buta yang tak bisa melihat, akupun masih bisa melihat dengan
jelas tentang dua sisi, tapi dua itu membuatku buta yang tak bisa membedakan,
membedakan bahwa ada harapan fakta yang perlu dipertimbangkan dan ada juga harapan
semu yang harus segera ditinggalkan.
Ah, semua tak sesederhana itu,
bahkan aku yang harus menebas sendiri batang rasa yang tumbuh karena bukan
keinginanku, aku pula yang harus merawat bekas tebasan itu, sampai semua luka
kering, kemudian tumbuh lagi, ditebas lagi, luka lagi, dirawat lagi, sembuh dan
begitu terus sampai tepat malam ini, kau tak perlu membayangkan bagaimana sakitnya,
akupun sampai tak bisa merasakannya.
Ra, coba kau tengadahkan
kepalamu, lihatlah. Pepatah yang berbunyi “akan ada pelangi setelah hujan”
tidak pernah berlaku pada malam hari. Kau tau kan apa maksudku? Ya, benar
sekali, akan selalu ada titik balik, pengecualian dari suatu teori.
Maafkan aku Ra, aku selalu
menitipkan asa ini kepada langit, dia diam dan menyaksikan, seksama dan
benar-benar diam, ia menjaga Ra, agar rangkaian cerita ini tersusun rapi dan
percanya tak pernah tercecer walau hanya satu tanda baca.
Orion
Tidak ada komentar:
Posting Komentar