Tulisan ini dibuat atas
dasar yang saya nggak tau juga kenapa yang nulis, buat tulisan ini, yang saya
tau tu bocah yang buat ini adalah seorang galauers yang produktif yang
tulisannya udah kemana-mana (nge.jleb.nya) haha :D namanya Kharissa alias kakar
alias cherry (huueekk) . tulisan ini menceritakan sekelompok anak muda biasa
yang mereka kelak akan menjadi sosok luar biasa yang berpengaruh terhadap dunia
(amiin)
Okee cekidott :D
2 Desember 2013 pukul 7:02
Sekali lagi dalam hidupnya, Ke terpana.
Sabana luas menghiasi hatinya, ketika mereka berkumpul di sana : Sebuah
tempat yang dipanggil Basecamp.
Sebuah tempat dimana duabelas manusia menyongsong dewasa duduk dan bergumul
dengan pergerakan. Bergerak mengejar pacu angin, laju sinar mentari, dan masa
depan.
Jangan bayangkan sebuah ruangan dengan piala berjejeran, time-table, jadwal
piket, komputer, atau peralatan lainnya.
Tidak.
Tempat itu hanya sebuah pohon rambutan. Dengan alas rerumputan.
Dimana embun yang menempel di dedaunannya luruh tersentuh kaki-kaki mereka.
Dimana setiap helai rerumputan rela tercabut oleh mereka, sebagai salah satu
ekspresi mereka ketika saling bertukar kata-kata. Bertukar amarah. Bertukar
masalah. Bertukar solusi dan bertukar mimpi.
Mereka mungkin hanyalah duabelas makhluk yang dipersatukan Tuhan dalam satu
ikatan.
Perkenalan tidak pernah menyapa mereka.
Tidak dengan saling berjabat tangan dan saling menyebut nama masing-masing.
Mereka hanya bertemu, kemudian tertawa bersama.
Esoknya, mereka sudah saling mengetahui masing-masing diantara mereka.
Seolah mereka diciptakan untuk sudah saling mengetahui satu dengan lainnya.
Ke merasa paru-parunya menggembung.
Sesak oleh bahagia. Hampir meledak oleh haru, dan rasa syukur.
Tak ada yang terlalu memalukan atau terlalu membanggakan diantara mereka.
Mimpi-mimpi konyol yang ditertawakan diberi dukungan penuh untuk diwujudkan.
Setiap rasa sedih yang dijadikan bahak ejekan diberi hiburan sederhana untuk
dirasakan.
Saling menertawakan, tetapi sebenarnya sedang saling menguatkan.
Cherry. Hardi. Alisa. Yuna. Karina. Diandra. Zahra. Nuri. Alif. Iyan. Lola.
dan... um.. Willy.
Cherry yang paling imut.
Hardi yang paling mampu menusuk.
Alisa sedikit talkactive.
Yuna selalu kalah ngomong sama yang lain.
Karina tak bisa dandan.
Diandra sangat pendiam, tapi bisa sangat gila.
Zahra selalu kalem.
Nuri paling modis.
Alif sangat cuek.
Iyan sedikit masa bodoh.
Lola selalu telat menerima berita.
Dan Willy.. paling menjengkelkan sekaligus dirindukan.
Duabelas.
Tanpa salah satu dari mereka, mereka ganjil yang kekurangan.
Semua dipersatukan untuk menggenapkan.
Semua dipersatukan untuk menyempurnakan.
Jadi di sanalah, mereka.
Makan dalam satu wadah yang sama.
Bergumul dengan permasalahan yang sama.
Berkorban untuk tujuan yang sama.
Setahun bukan hitungan untuk menghitung kebersamaan mereka.
Bukan.
Lama dan tidaknya sebuah kenangan mereka hitung dengan banyaknya kebersamaan
yang mereka lewatkan.
Mereka berdua belas, tetapi mungkin saja, setahun tidak terdiri dari dua belas
bulan.
Setahun bukan dibangun dari tiga ratus lima puluh enam hari.
Setahun dalam hitungan mereka dihitung dengan seberapa banyak mereka saling
mempedulikan, saling menguatkan, dan saling menertawakan satu sama lain.
Jauh dari segala embel-embel 'Seharusnya' yang memuakkan, mereka berjalan
bersama.
apa adanya.
Di malam hari, sorot lampu mobil hanya mampu menerangi sejauh mana daya
terangnya bertahan, tetapi toh mobil tersebut tetap dapat sampai ke tujuan
dengan cara itu.
Begitulah Ke memaknai mereka.
Mereka hanya mampu berjalan sejauh pemikiran asal yang tercetus sambil
bercanda. Tanpa terlalu banyak memikirkan 'Seharusnya'.
Tapi toh, Langkah-langkah seok mereka terbayar lunas dengan tujuan yang
berhasil dilampaui bersama.
Tanpa banyak gambar. Tanpa banyak gembar-gembor.
Ke tertawa.
Jendela percakapannya dengan duabelas manusia tak terdefinisikan memuat judul
yang menggelikan : 'Manusia Tangguh Masa Kini ( Style Masa Kini, Tampang Masa
Gitu).'
Entah otak rusak macam apa yang terfikir untuk membuat nama seperti itu. Ke
tidak mau mengusut lebih dalam.
Baginya cukup, apapun judul kebersamaan mereka, mereka adalah esensi nyata dari
kata bahagia.
(Kresna. Desember,2013)